Selasa, 06 Desember 2011

Hinduisme (Bagian I)

Dari seluruh agama yang masih hidup mungkin agama Hindu yang tertua. Agama ini adalah sinkretisme yang dibentuk dari kompromi antara berbagai jenis agama dan kebudayaan di anak benua India. Dua aliran agama yang bercampur dalam agama Hindu, yakni Dravida dan Indo-Aria.
Secara keseluruhan, agama Hindu amatlah kompleks. Mulai dari tulisan, kesenian, peribadatan, serta adat istiadat yang sangat beragam. Namun, pada intinya jika ajarannya disederhanakan, maka menjadi: Anda boleh melakukan apapun yang Anda inginkan. Namun, sebenarnya apa yang kita inginkan? Memberi jawaban yang sederhana dan praktis memang jauh lebih mudah dibandingkan dengan jawaban yang baik.
Menurut India, ada 4 macam keinginan (tujuan hidup) manusia. Keinginan manusia yang pertama-tama adalah kesenangan atau sering disebut kama. Meskipun kita sering mendengar bahwa orang-orang India sering melakukan laku tapa dan hidup sederhana, namun mereka tidak mengingkari bahwa setiap manusia menginginkan kesenangan. Artinya, asketisme bukan berarti meniadakan hedonisme. Keinginan kedua disebut sukses duniawi. Sukses duniawi disebut juga artha. Ada tiga aspek dalam artha, yakni; kekayaan, kemashyuran, dan kekuasaan. Namun sukses duniawi memiliki beberapa keterbatasan, yaitu; bersifat eksklusif, jika dijadikan tujuan hidup tidak akan terpuaskan, fokus pada nilai dan makna personal, serta tentatif.
Kedua keinginan di atas disebut juga Jalan Keinginan. Kesenangan dan sukses duniawi sangatlah bersifat personal, oleh karena itu mereka sepele. Setelah Jalan Keinginan, muncullah Jalan Penolakan. Jalan Penolakan adalah dua keinginan lain dalam kehidupan.
Jalan Penolakan terdiri dari dua keinginan. Yang pertama disebut agama kewajiban. Agama kewajiban disebut juga dharma. Dharma mengajarkan untuk memberi dan berbagi terhadap orang lain. Kedua disebut pembebasan. Pembebasan disebut juga mukti atau moksha. Moksha didefinisikan sebagai pembebasan sempurna dari berbagai keterbatasan yang tak terbilang jumlahnya yang begitu menekan kehidupan manusia sekarang ini.
Jika kita menyebut manusia, berarti kita membicarakan sesuatu yang berhingga. Self (diri) pada manusia memiliki struktur berupa; tubuh, personality, dan Atman Brahman. Tubuh adalah keadaan fisik dari diri kita yang dapat dilihat dengan mata. Tubuh adalah suatu badan jasmaniah. Personality berasal dari kata persona (bahasa Latin) yang secara harfiah berarti topeng yang dikenakan aktor ketika mereka memainkan sandiwara. Dalam keseharian, personality atau kepribadian mencakup pikiran, ingatan dan kecenderungan yang tumbuh dari pola pengalaman hidup seseorang yang khas. Atman merupakan pusat tak berhingga dalam diri manusia yang tidak lain adalah Brahman sendiri. Lantas, apa yang membuat manusia menjadi berhingga? Tidak lain adalah karena Yang Abadi tertimbun di bawah tumpukan besar kebingungan, pikiran keliru, dan hasrat egois.
Dalam mencapai keempat keinginan di atas, manusia memiliki beberapa hambatan. Hambatan dalam dalam kehidupan ini menjadi implikasi dari keberhinggaan manusia. Ada tiga hal yang menghambat kehidupan manusia. Pertama adalah penghambat kebahagiaan yang berupa sakit jasmaniah, rasa putus asa karena terhambatnya keinginan, dan kebosanan terhadap hidup secara menyeluruh yang diatasi dengan penyatuan diri dengan realitas. Kedua adalah kebodohan dan dapat diatasi dengan pengetahuan yang transendental. Ketiga adalah keberhinggaan dan dapat diatasi dengan kebesaran jiwa yang bersumber pada jati diri manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar