Rabu, 07 Desember 2011

Taoisme

The tao that can be told
is not the eternal Tao
The name that can be named
is not the eternal Name.
(Tao Te Ching, Bab 1)

Di samping Khong Hu Cu, Taoisme adalah agama yang menghiasi nada-nada klasik di Cina. Namun ada karakteristik yang membedakan keduanya. Ajaran Khong Hu Cu menekankan segi etis moral masyarakat dan kepentingan utamanya adalah menegakkan suatu tata sosial yang adil di mana tidak ada kejahatan dan penindasan serta setiap orang melaksanakan kewajibannya dalam keserasian dengan rencana Tuhan. Di pihak lain, Taoisme menekankan aspek perseorangan dan bersangkut paut dengan penemuan dan penguraian Jalan Tuhan serta cara-cara jiwa pribadi yang akan membimbingnya agar dapat menemukan kedamaian abadi dalam bersatu dengan Tuhannya. Jika Khong Hu Chu manusia praktis, maka Taoisme manusia mistis.

Alkisah, sekitar 600 SM lahirlah seorang bernama Lai Tan. Entah Lai Tan lahir dari seorang dara yang mengandung ketika melihat bintang jatuh atau terlahir setelah sekitar 82 tahun berada dalam kandungan ibunya dan kemudian terlahir menjadi seorang bijak berjenggot putih. Lao Tzu sendiri merupakan gelar kehormatan atau kecintaan. Secara harafiah Lao Tzu berarti sang guru tua, sahabat tua, atau putra tua. Yang kita dapatkan dari sosok Lao Tzu yang sekarang pun sekedar kumpulan dari suatu legenda. Kepribadian, cara hidup, dan kehidupan Lao Tzu sendiri sangatlah misterius. Lao Tzu digambarkan sebagai seorang pertapa yang okultis. Ada juga yang menggambarkan beliau sebagai orang yang seimbang, humoris, cerdik, dan sederhana. Konon katanya Konfusius tertarik dengan kabar mengenai Lao Tzu, kemudian Konfusius datang menemui Lao Tzu dan berguru padanya.

Suatu kali Lao Tzu pergi ke daerah Tibet. Selama perjalanan menuju Tibet, Lao Tzu menunggangi kerbau. Tujuan Lao Tzu melakukan perjalanan adalah karena Lao Tzu ingin mencari kedamaian abadi di masa tuanya. Di lembah Hankao, seorang penjaga gerbang yang merasakan watak luar biasa dari Lao Tzu, meminta Lao Tzu untuk meninggalkan sedikit tulisan mengenai ajarannya. Akhirnya dibuatnyalah Tao Te Ching, yang sekarang menjadi pegangan pemikiran Tao. Teks ini berisi 5000 kata dari Lao Tzu dan dibagi ke dalam 81 bab. Ajaran dari Lao Tzu ini kemudian meluas ketika diteruskan oleh Chuang Tzu.

Tiga Makna Tao
Ketika kita membaca Tao Te Ching, maka istilah mengenai Tao itu sendiri akan banyak digunakan. Tao sendiri berarti jalan. Dalam ajaran Taoisme, Tao memiliki tiga makna. Pertama, Tao berarti jalan dari kenyataan yang terakhir. Tao yang ini tidak dapat ditangkap oleh panca indera, oleh karenanya bersifat mistik. Tao pertama ini tidak terungkapkan dengan kata-kata, justru jika terungkapkan dengan kata-kata maka bukanlah Tao yang sesungguhnya. Dari sinilah kemudiaan tercipta semboyan Tao yang menggelitik; mereka yang mengetahui tidak akan bicara, sedangkan mereka yang bicara tidak mengetahui.

Kedua, Tao adalah jalan alam semesta. Dalam hal ini Tao dimaknai sebagai pendorong, causa, kaidah, irama, dan yang berada di belakang alam semesta, namun tetap berada di tengah-tengah alam semesta. Tao berbentuk roh membentuk kesatuan jiwa di alam semesta dan roh itu sendiri berada di antara roh dan jiwa alam semesta. Ketiga, Tao adalah jalan bagaimana seharusnya manusia menata hidupnya, agar selaras dengan alam semesta. Tao ini merujuk pada harmonisasi dengan alam.

Te dan Taoisme
Te berarti Kekuatan. Berdasarkan cara memahaminya, Te terbagi ke dalam tiga aliran Taoisme. Yang pertama adalah Taoisme Rakyat yang justru mengubah mistisisme menjadi mistifikasi dan agama menjadi ilmu hitam dan sihir. Taoisme ini dianut oleh rakyat banyak. Kedua adalah Taoisme Esoterik. Sesuai namanya, Taoisme Esoterik hanya bisa dipahami oleh orang-orang tertentu. Oleh karenanya tidak bertahan terlalu lama. Namun Taoisme ini memiliki ajaran yang unik. Taoisme Esoterik menyangkut kekuatan yang menyangkut pemersatuan masyarakat, sumber kekuatan berasal dari psikis seseorang. Sehingga dalam hal ini berbeda dengan ajaran Konfusius yang menyatukan masyarakat dengan kekuatan bersumber pada kekuatan dalam bidang moral. Dalam Taoisme Esoterik segi batiniah manusia dilawankan dengan segi lahiriahnya. Dalam Taoisme Esoterik dikenal istilah mawas diri, di mana segi batiniah seseorang dapat tercapai sehingga menciptakan kesadaran murni dalam diri seseorang. Jiwa yang murni hanya dapat dikenal jika jiwa tersebut bersih dari noda. Oleh karena itu emosi-emosi negatif, hasrat dan jijik, kegembiraan dan kesedihan, kesenangan dan kejengkelan,  semuanya itu harus dikembalikan kepada kemurnian yang asli, karena pada akhirnya kedamaian dan keheningan yang baik untuknya. Jika kemurniaan yang asli tercapai, maka akan tercipta keselarasan antara alam pikiran dengan sumber kosmisnya. Sifat tanpa pamrih, kebersihan, dan ketenangan batin akan mengantar kita pada pemahaman diri. Pemahaman diri dapat dicapai dengan sikap asana sehingga kita bisa menanti dengan waspada dan duduk tenang dengan pikiran hampa. Oleh karenanya kebenaran, kebahagiaan dan kekuatan dapat tercapai. Begitu kompleksnya Tao yang kedua ini sehingga sulit dimengerti masyarakat. Penganut Taoisme Esoterik paham akan hal itu. Penyebarluasan ajaran Taoisme Esoterik pun tidak terlalu membabi buta. Taoisme yang ketiga disebut Taoisme Filosofis. Taoisme Filosofis bersifat reflektif intuitif. Ajaran ini banyak berpengaruh terhadap nilai-nilai sosial yang dipegang masyarakat China saat ini. Taoisme ini membentuk watak orang China yang tenang dan sopan.

Keheningan yang Kreatif
Dalam ajaran Taoisme dikenal wu-wei. Wu-wei adalah sifat dasar kehidupan yang selaras dengan alam semesta. Secara harafiah, diterjemahkan dengan ‘tidak mempunyai kegiatan’ atau ‘tidak berbuat’. Istilah ini sesungguhnya tidak berarti sama sekali tidak ada kegiatan, atau sama sekali tidak berbuat apapun, melainkan berarti sikap yang kosong atau menahan diri secara pasif atau lebih tepat lagi disebut keheningan yang kreatif. Istilah ini dapat menggambarkan dua sifat yang terlihat tidak serasi, yakni aktivitas yang maksimum dengan kesantaian yang maksimum. Hal ini merujuk pada minimalisasi penggunaan pikiran sadar dengan optimalisasi pikiran bawah sadar sehingga tercipta suatu hal yang sungguh-sungguh baru. Wu-wei ini secara sederhana dijelaskan dalam Tao Te Ching; cara untuk bertindak adalah dengan hidup. Cara hidup wu-wei dianalogikan dengan air. Di mana air memiliki sifat luwes dan kokoh tanpa bandingan, begitu juga wu-wei.

Nilai-nilai Tao Lainnya
Tao menolak penonjolan diri seseorang dan persaingan dalam kehidupan manusia. Hal ini ditunjukkan dengan kalimat yang menyatakan bahwa; kapak akan segera menumbangkan pohon yang tinggi. Selain itu Tao juga menjadikan alam sebagai sahabat. Seorang penganut Tao yang sedang telah mencapai perjalanan panjang menaiki puncak Himalaya tidak akan pernah berkata “Aku telah menaklukkan Everest” namun justru menyatakan “Everest telah menjadi sahabatku”. Prinsip naturalisme berkembang sebagai imbas dari nilai yang menjadikan alam sebagai sahabat. Naturalisme ini mendorong orang untuk menjadi bersahaja dan sederhana.
Selain nilai di atas ada satu nilai yang sampai sekarang menjadi lambang dari Taoisme sendiri, yakni kenisbian akan semua nilai. Lambang yang dimaksud adalah Yin Yang. Lingkaran menunjukkan bahwa Tao suatu hal yang tetap dan absolut. Sedangakan Yin dan Yang menggambarkan bahwa di dunia ini ada dua aspek yan kelihatannya memiliki sifat yang berbeda, namun keduanya tidak bertentangan, justru saling melengkapi dan mengimbangi.

Taoisme dan Psikoterapi
Dalam perkembangannya, Taoisme berpengaruh luas terhadap karakter maupun watak masyarakat China. Terapi Taoisme merupakan sebuah terapi kognitif indigenous yang cocok dengan budaya China. Landasan filosofis dari terapi ini menguraikan filosofi dan nilai pada Taoisme. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa ratusan kasus ditangani dengan terapi Taoisme memiliki efek yang menjanjikan dibandingkan dengan pasien yang diobati hanya dengan terapi obat saja. Ada 8 prinsip utama dalam terapi Taoisme, yaitu :

1.    Berbuat secara menguntungkan tanpa melukai diri sendiri
2.    Melakukan yang terbaik tanpa melukai orang lain
3.    Hasrat yang cukup dan keegoisan yang terbatas
4.    Tahu kapan berhenti dan belajar merasa puas
5.    Memahami harmoni dan meletakkan diri di dalamnya secara rendah hati
6.    Menggunakan kelembutan untuk menaklukkan kekerasan
7.    Kembali pada kemurnian awal dan kepolosan murni
8.    Mengikuti aturan alam

Tahap terapi dibagi ke dalam tiga; tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. Tahap awal bertujuan untuk mengetahui karakteristik kepribadian klien, tipikal perasaan, pola perilaku, dan penyimpangan kognitif yang terjadi. Dalam tahap ini juga diajarkan relaksasi dan meditasi sebagi sarananya. Tahap tengah bertujuan untuk melakukan analisis psikologis penyebab gangguan emosional dan modifikasi kognitif (restrukturisasi kognitif). Tahap ketiga disebut juga tahap akhir yakni berupa pemeriksaan struktur baru kognitif lewat analisis yang dilakukan dengan diskusi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar